SAK Gastroenteritis pada Anak



STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN : GASTROENTERITIS


A.    Tinjauan Medik
1.      Definisi
Diare adalah pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair buang air besar yang tidak normal dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. (Kristina Weni, 2010)
Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari, dengan atau tanpa darah dan lendir dalam feses, sedangkan diare akut sendiri didefiniskan dengan diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat (gastroenteritis). (Sodikin, 2011)
Gastroenteritis adalah radang pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan sering kali disertai peningkatan suhu tubuh. Diare yang dimaksudkan disisni adalah buang air besar berkali-kali (lebih dari empat kali), bentuk fese cair, dan dapat disertai dengan darah atau lendir. (Ardiansyah Muhamad, 2012)

2.      Etiologi
Menurut (Yuliani Rita dan Suriadi, 2010) Etiologi diare :
a.    Faktor infeksi
1)      Bakteri ; Enterropathogenic esherichia coli, salmonella, shigella, yersinia enterocolitica.
2)      Virus ; Enterovirus echoviruses, adenovirus, human retrovirua seperti agent, rotavirus.
3)       Jamur ; Candida enteritis
4)      Parasit ; Giardia Clamblia, crytosporidium
5)      Protozoa
b.    Bukan faktor infeksi
1)       Alergi makanan ; Susu, protein
2)      Gangguan metabolik dan malabsorbsi ; Penyakit celiac, cystic fibrosis pada pankreas
3)       Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan
4)       Obat-obatan ; Antibiotik
5)      Penyakit usus ; Colitis ulcerative, crohn disease, enterocolitis
6)       Emosional atau stress
7)      Obstruksi usus

c.    Faktor infeksi
     Otitis media, infeksi saluran napas atas, infeksi saluran kemih. sedangkan  
    Menurut  (Ardiansyah Muhamad, 2012) Infeksi internal, disebabkan oleh
    bakteri antara lain :
1)      Stigella
1.      Musiman, puncaknya pada bulan juli-september
2.      Insiden paling tinggi pada umur 1-5 tahun
3.      Dapat dihubungkan dengan kejang demam
4.      Muntah yang tidak menonjol
5.      Sel polos dalam feses
6.      Sel batang dalam darah
2)       Salmonela
1.      Meyerang semua umur, tetapi angka kejadian lebih tinggi pada bayi dibawah umur 1 tahun
2.       Menembus dinding usus, feses berdarah, dan mukoid
3.       Mungkin ada peningkatan temperatur
4.       Muntah tidak menonjol
5.       Adanya kandungan sel polos dalam feses
6.       Masa inkubasi 6-40 jam, lama 2-5 hari
7.       Organisme dapat ditemukan pada feses selama berbulan-bulan.
3)      Escherichia coli
1.      Baik yang menembus mukosa (feses berdarah), atau yang menghasilkan entenoksin.
2.       Pasien (biasanya bayi) dapat terlihat sangat sakit.


3.      Manifestasi Klinis
Menurut (Ardiansyah Muhamad, 2012) tanda gejala diare meliputi :
a. Perut mulas dan gelisah, suhu tubuh meningkat, demam, nafsu makan berkurang, mual (kadang-kadang muntah), dan badan terasa lemas.
b.Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai mual dan muntah.
c. Warna tinja berubah menjadi kehijauan-hijauan karena bercampur dengan empedu.
d.      Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi, sementara tinja menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
e. Terdapat tanda gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elastisitas kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering, serta disertai penurunan berat badan.
f. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat, tekanan darah turun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, dan kesadaran menurun (apatis, somnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.
g.Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
h.Bila terjadi asidosis metabolik, pasien akan tampak pucat dengan pernapasan cepat dan dalam.

4.      Klasifikasi Penyakit
1)   Diare akut
Diare akut adalah diare yang serangannya tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14 hari. Diare akut ini biasanya diakibatkan oleh infeksi dan dapat diklasifikasikan secara klinis menjadi dua, yaitu diare noninflamasi dan diare inflamasi. Meliputi:
a)    Diare non inflamasi
Diare disebabkan oleh enterotoksin dan menyebabkan diare cair 
 dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah.


b)      Diare inflamasi
 Diare inflamasi adalah diare yang disebabkan infasi bakteri dan
 pengeluaran sitotoksin dikolon. Gejala klinis yang muncul  
 diantaranya  mulas sampai dengan mulas, nyeri, seperti kolik, mual,
 muntah, demam, tenesmus (keinginan untuk terus buang air besar).

2)   Diare kronis
Diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari. Mekanisme terjadinya diare akut maupun kronis dapat dibagi menjadi empat, yaitu diare sekresi, osmotik, eksudat, dan diare kelompok lain. Meliputi
a)    Diare sekresi
Diare sekresi adalah diare dengan volume feses yang    banyak. Diare jenis ini biasanya disebabkan oleh gangguan transport elektrolit akibat peningkatan produksi dan sekresi air serta elektrolit, namun kemampuan absorbs mukosa usus kedalam lumen usus menurun. Penyebabnya adalah toksin bakteri (seperti toksin kolera), pengaruh garam empedu, asam lemak rantau pendek, laksatif nonosmotik, dan hormon intestinal.
b)   Diare osmotik
Diare osmotik terjadi bila terjadi terdapat partikel yang  tidak dapat absorbsi, sehingga osmolaritas lumen meningkat dan air tertarik dari plasma ke lumen usus. akibatnya, terjadilah diare. Salah satu contoh diare osmotik adalah diare akibat malabsobsi karbohidrat yang disebabkan defisiensi lactase atau akibat garam magnesium.
c)    Diare eksudat
Peradangan inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa, baik usus halus maupun usus besar. Inflamasi dan eksudat ini dapat terjadi akibat infeksi bakteri maupun noninfeksi.
d)   Diare kelompok lain
Biasanya akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan waktu transit makanan atau minuman di usus menjadi lebih cepat.

5.      Patofisiologi
Menurut (Ardiansyah Muhamad, 2012)
Penyebab gastroenteritis adalah masuknya virus (rottavirus,  adenovius enteris, norwalk), bakteri atau toksin ( compylobacter, salmonela, E.coli, yersinia), dan parasit (biardia lambat dan cryptosporidium).
Beberapa mikroorganisme patogen ini dapat menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau sitotoksin yang dapat merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis.
                Penularan gastroenteritis bisa melalui fekal oral. Dalam beberapa kasus, terjadinya penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi tinja, eksresi yang buruk, makanan yang tidak matang, bahkan makanan yang disajikan tanpa dimasak. Penularannya adalah tranmisi orang ke orang melalui aeorosolisasi, tangan yang terkontaminasi, atau melalui aktivitas seksual.
Faktor penentu terjadinya diare akut adalah faktor penyebab (agen) dan faktor pejamu (host). Faktor pejamu adalah kemampuan pertahankan tubuh terhadap mikroorganisme, yaitu faktor daya tahan tubuh, lingkungan, atau lumen saluran cerna (seperti keasaman lambung,
Mortilitas lambung, imunitas juga mencakup lingkungan mikroflora usus). Faktor penetrasi yang masuk sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan di usus, serta daya lekat kuman.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam  rongga usus akibat toksin di dinding usus, sehingga timbul diare). Selain itu, gangguan ini juga dapat menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin didinding usus, sekresi air dan elektrolit meningkat, kemudian terjadi diare.
Gangguan motilitas usus dapat mengakibatkan hiper peristaltik dan hipoperistaltik. Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya, jika terjadi hipoperistaltik akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, sehingga juga terjadi diare.
Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (asidosis metabolik dan hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia, dan gangguan sirkulasi darah, sehingga akibat-akibatnya timbul.

6.      Pemeriksaan Diagnostic
Menurut (Moesyor, Arif Mutaqin, 2000)
a.    Pemeriksaan tinja : makroskopi dan mikroskopis, ph dan kadar gula jika diduga ada intoleransi gula (sugar intolerance), biakan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji resistensi terhadap berbagai antibiotoka (pada diare persisten).
b.    Pemeriksaan darah : darah perifer lengkap, analisis gas darah dan elektrolit (terutama Na, K, Ca, dan P serum pada diare yang disertai kejang).
c.    Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.
d.   Duodenal intubation, untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif terutama pada diare kronik.
Sedangkan menurut (Ardiansyah Muhamad, 2012) meliputi : Pemeriksaan tinja, uji bakteri, pemeriksaan feses.

7.      Penatalaksanaan
Pengganti cairan dan elektrolit
Tujuan terapi rehidrasi untuk mengoreksi kekurangan cairan dan elektrolit secara cepat (terapi rehidrasi) kemudian mengganti cairan yang hilang sampai diarenya berhenti (terapi rumatan).
b. Makanan yang harus ditentukan bahkan ditingkatkan selama diare untuk menghindari efek buruk pada status gizi
c. Antibiotik
d. Obat-obatan antidiare

8.      Komplikasi
Menurut (Yuliani Rita dan Suriadi, 2010). Komplikasi dari diare meliputi : Dehidrasi, hipokalemiak, hiponatremia, syok hipovolemik, asidosis sedangkan menurut (Muhamad Ardiansyah, 2012)
a)         Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit, memicu syok hipovolemik dan hilangnya elektrolit
b)        Tubular nekrosis akut dan gagal ginjal pada dehidrasi yang berkepanjangan
c)         Arthritis pasca infeksi dapat terjadi beberapa minggu setelah diare, karena shigella, salmonella.
d)        Distrimia jantung berupa takikardia atrium dan ventrikel, fibrilasi ventrikel, dan kontraksi ventrikel prematur akibat elektrolit
e)         Renjatan hipovolemik
f)         Kejang, malnutrisi, dan hipoglikemi

B.     Tinjauan Keperawatan
1.      Pengkajian
Menurut (Muhammad Ardiansyah, 2012)
a)         Identitas klien, meliputi nama lengkap, tempat tinggal, umur, asal suku, bangsa, dan pekerjaan orangtua.
b)        Riwayat  keperawatan
c)         Awalan  serangan, misalnya awalnya anak cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, anoreksia, dan kemudian timbul diare.
d)        Keluhan  utama, feses semakin cair, muntah, bila kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi, serta berat badan menurun. Pada bayi, ubun-ubun menjadi besar dan cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekuensi BAB lebih dari empat kali sehari dengan konsistensi yang encer.
e)         Riwayat  penyakit sekarang
Suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, dan timbul diare Feses cair, mungkin disertai lendir atau darah.
Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet, karena sering defekasi

1)        Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare
2)        Apabila klien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak
3)        Dieresis, yaitu terjadinya oliguria (kurang 1 ml/kgBB/jam) bila terjadi dehidrasi
f)       Riwayat masa lalu
g)      Riwayat penyakit yang diderita
h)      Riwayat pemberian imunisasi
1)        Alergi terhadap makanan/ obat-obatan (antibiotik)
i)        Riwayat psikososial keluarga
Hospitalisasi (merawat inapkan penderita di rumah sakit) akan  menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi keluarganya. Kecemasan bisa semakin meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan pengobatan anak. Setelah menyadari penyakit anaknya, mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa bersalah.
j)        Kebutuhan dasar
Pola eliminasi akan mengalami perubahan, yaitu klien buang air besar  lebih dari empat kali sehari, sementara aktivitas buang air kecil sedikit atau jarang.
1)    Pola nutrisi diawali dengan mual, muntah dan anopreksia, sehingga  
  menyebabkan penurunan berat badan klien.
2)        Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
3)        Pola higienis diare sangat dipengaruhi kebiasaan mandi setiap harinya.
4)        Aktivitas klien akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri akibat distensi abdomen.
k)      Pemeriksaan fisik
1)  Pemeriksaan psikologis
-     Keadaan umum tampak lemah
-     Kesadaran compos mentis sampai koma
-     Suhu tubuh tinggi
-     Nadi cepat dan lemah
-     Pernapasan agak cepat
2)  Pemeriksaan sistematik
-      Inspeksi : Mata cekung, ubun-ubun besar, selput lendir, mulut dan  bibir kering, berat badan menurun, dan anus kemerahan.
-      Perkusi : Adanya distensi abdomen.
-      Palpasi : Turgor kulit kurang elastis.
-      Auskultasi : Terdengarnya bising usus.

3)  Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang
Dimana anak yang sedang diare akan mengalami gangguan,
karena anak dehidrasi sehingga berat badan menurun.

4)  Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan tinja, darah lengkap, dan duodenum intubation, yaitu untuk mengetahui penyebab secara kuantitatif dan kulitatif

3.      Diagnosa Keperawatan
a.    Nyeri (00132)
b.    Kekurangan volume  cairan (00027)
c.    Defisiensi pengetahuan ( 000126)
d.   Diare (00013)
e.    Hipertermia (00007)
f.     Ketidak seimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh (00002)
g.    Ansietas (000146)

Comments

Popular Posts